A.
Intan Jaya merupakan daerah yang diketahui aman dan kondusif sejak
ia berpisah dari kabupaten induk, Kabupaten Paniai pada tahun 2008. Dengan di sahkanya UU RI no 54 tahun 2008, maka sebagian wilayah distrik dari kabupaten Paniai menjadi kabupaten Intan jaya. Kabupaten ini didiami oleh mayoritas Suku Moni namun terdapat suku-suku
lain seperti suku Dani dan Ndauwa.
Menurut cerita para leluhur orang Dani dan Nduga yang berada di Kabupaten
Intan Jaya awalnya berdatangan dari Ilaga (Sekarang menjadi Kabupaten Puncak)
dan Ndugama dari Kabupaten Nduga. Sementara, Suku Moni tidak hanya ada di Kabupaten
Intan Jaya, mereka tersebar pada berbagai wilayah di pegunungan tengah seiring
perkembangan daerah di Tanah Papua. Orang-orang asal Suku Moni tersebar pada Kabupaten
Nabire, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Deiyai.
Perang suku umumnya merupakan konflik internal antar suku yang sering
terjadi, namun pemerintah dapat mengatasinya dengan kerjasama antara beberapa
pihak. Hampir setiap tahun masyarakat Intan Jaya mengalami masalah internal
antar suku yang diakibatkan oleh perebutan harta benda dan hak kepemilikan. Selain
masalah internal, juga disebabkan oleh masalah politik yakni pemilihan bupati
(bentrok antarpendukung yang satu dengan lainnya)
foto: Suara papua
Hampir setiap tahun pemilihan bupati selalu terjadi perang politik
antara lawan lawan politik. Pada tahun 2017 tejadi perang politik antara
pendukung no urut 1 natalias tabuni dan jan kobogau terhadap pihak no urut 2 Julius
Japugau dan Yunus Kelabetme. Yang pada akhirnya memakan korban namun pada
akhirnya di menagkan oleh calon bupati no urut 1 setelah perselisihan yang
sangat sengit.
Kabupaten intan jaya terdiri dari 8 distrik.
Kode
wilayah
|
Nama
distrik
|
Ibu
kota
|
Jumlah
kampung
|
91.27.01
|
Sugapa
|
Sugapa
|
17
|
91.27.02
|
Homeyo
|
Pogapa
|
21
|
91.27.03
|
Wandae
|
Mbugulo
|
9
|
91.27.04
|
Biandoga
|
Bugalaga
|
16
|
91.27.05
|
Agisiga
|
Agisiga
|
I0
|
91.27.06
|
Hitadipa
|
Hitadipa
|
9
|
91.27.07
|
Ugimba
|
Ugimba
|
6
|
91.27.08
|
Tomosiga
|
Tomosiga
|
9
|
Total
|
8
|
97
|
Intan jaya adalah kabupaten baru yang cukup aman dan sedang
berkembang. Tahun 2019 adalah tahun di mana semua orang di bumi sedang sibuk
mempersiapkan natal, kami hanya duduk dan meneteskan air mata. Pada tanggal 13
desember 2019 pada pagi hari kira kira pukul 11: 00, 3 helipkoter milik TNI AD
melayang di atas kepala masyarakat. Pada awalnya hal itu terdengar biasa saja,
namun pasukan keamanaan Indonesia telah menurunkan beberapa pasukan secara diam
diam tanpa sepengetahuan masyarakat dan unsur pemerintah tingkat kabuppaten di
beberapa lokasi. Beberapa hari kemudian setiap hari mulai tanggal 15 kota
sugapa menjadi lahan operasi militer.
Terjadi pendropan pasukan keamanan Indonesia yang sangat berlebihan tiap
harinya. Kira kira 50 sampai 60 pasukan per hari yang di drop oleh mereka.
Pendropan pasukan keamanan Indonesia tidak hanya di distrik sugapa tetapi juga
di distrik homeyo dan distrik wandae.
Semenjak tanggal 13 desember kehidupan masyarakt menjadi sangat
gelisah dan takut dengan kehadiran militer yang berlebihan. Ketika terjadi
kontak senjata antara TNI/Brimob dan anggota OPM (organisai papua merdeka) pada
tanggal 18 desember di sugapa. yang mengakibatkan satu orang anggota TNI/kopasus
tertembak dan meniggal dunia. Kedua
belah pihak saling menyerang hingga rumah, pagar, kebun milik masyarakt sipil
menjadi korban. Perang antara TNI dan
kelompok opm tersebut kini merupakan keduakalinya setelah yang pertama pada
tahun 1980an. Pada tahun itu terjadi opersi militer yang membunuh lebih dari
ratusan masyarakt di pugusiga yang sudah menjadi luka dan trauma yang sangat
mendalam bagi mereka. Melihat situasi sekarang yang terjadi antara TNI dan OPM
masyarakat intan jaya mulai di hantui oleh mimpi buruk pembantaian yang pernah
terjadi di pugusiga. Kegiatan masyarakat hari demi hari di intai oleh
ketakutan. Bagi mereka kehadiran militer selalu memberi dampak yang sangat
buruk bagi mereka.
Konflik senjata yang terjadi di
beberapa wilayah di Papua menyebabkan puluhan ribu masyarakat
mengungsi. Lembaga Bantuan Hukum (LBH)Papua mendesak agar negara ikut
menangani pengungsi di wilayah Nduga, Intan Jaya, dan Tembagapura. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Papua
mencatat hampir 40 ribu masyarakat sipil di Nduga, Intan Jaya, dan Tembagapura
mengungsi sejak adanya konflik antara TNI-Polri dan Tentara Pembebasan Nasional
Papua Barat (TPNPB) pada 2018-2020 (anugrah-andriansyah, 2020) . Kini nasib
masyarakat tidak di perhatikan secara baik oleh pemeritah papua bahkan oleh
pemerintah kabupatenya. Banyak nyawa masyarakat yang nyawanya hilang akibat
mengungsi ke dalam huatan, tanpa adanya persediaan makanan dan atap yang
melindungi mereka pada malam hari. Bahkan di Intan Jaya ada beberapa kampung
yang sudah benar benar masyarakatnya pergi, hewan ternak mereka, kebun mereka
dan rumah mereka di tinggal begitu saja. Kini Intan Jaya khususnya kota sugapa
dan beberapa kampung di sana terlihat seperti kota mati. Kota itu terlihat
sangat sunyi, rumput rumput liar sudah mulai menutupi jalan jalan setapak.
Jalan yang biasanya di pergunakan masyarakat untuk berjalan kaki kini sudah
tidak telihat jejak lagi .Terkesan bahwa pemerintah sengaja membiarkan
masyarakat terlantar begitu saja tanpa ada rasa peduli. Apakah pemerintah akan
membiarkan masyarkat intan jaya terlantar begitu saja tanpa ada rasa perduli
dan memberikan rasa aman bagi mereka. Atau apakah mereka akan mencari sebuah
solusi baik yang bisa membangun kembali kepercayaan masyarakat kepada
pemerintan kabupaten dan kepada TNI/BRIMOB.
foto: mediaindonesia.com
0 Comments
Thanks for your comments!